Wednesday, November 11, 2009

BISNIS & KEUANGAN : Diaudit, Biaya di Blok Cepu

Artikel menarik ini alamat beberapa isu kunci mengenai berita terbaru. Yang cermat membaca bahan ini bisa membuat perbedaan besar dalam bagaimana Anda berpikir tentang berita terbaru.

Jakarta, Kompas - Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas akan melaksanakan audit keuangan dan operasional di Blok Cepu. Proses audit itu dilakukan karena terjadi pembengkakan anggaran untuk pengembangan di blok migas itu dan kurangnya transparansi penggunaan anggaran tersebut.

Pada tahun 2006 anggaran pengembangan 1,6 miliar dollar AS. Saat ini membengkak jadi 3 miliar dollar AS, kata Kepala BPH Migas R Priyono, seusai menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (10/11) di Jakarta.

Mobil Cepu Limited (MCL), anak usaha ExxonMobil, selaku operator Blok Cepu, Jatim, beralasan, anggaran 1,6 miliar dollar AS itu dibuat 2006, sedangkan proyek itu sempat tertunda. Jadi, harga minyak dan harga barang lain saat ini berbeda.

Alasan lain adalah standar operasi dan keamanan lingkungan yang diterapkan MCL termasuk tinggi sehingga biaya pengembangan lebih besar dibandingkan blok lain yang dikelola perusahaan minyak asal China. Kami akan memeriksa, apakah standar serupa diterapkan di negara lain di Asia, ujar Priyono.

Kurang transparan

Sementara itu, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Isma Yatun, mendesak agar perjanjian bersama pengelolaan (joint operating agreement/JoA) Blok Cepu antara MCL dan Pertamina dievaluasi.

Selama ini MCL dinilai tidak transparan mengelola investasi di blok itu. Padahal, Pertamina dan perusahaan lokal lain yang berpartisipasi harus menambah dana pengembangan.

Benar-benar ide yang baik untuk menggali lebih dalam subjek dari berita terbaru. Apa yang Anda pelajari dapat memberikan rasa percaya diri yang Anda butuhkan untuk usaha ke daerah baru.

Terkait usul perubahan JoA antara Pertamina dan MCL, Priyono menyatakan, kedua pihak sepakat untuk tidak mengubah JoA di lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Untuk Banyu Urip, Exxon sudah mengeluarkan dana lebih banyak sehingga sepakat JoA tetap, ujarnya.

Untuk JoA di sejumlah lapangan lain di Blok Cepu akan diubah. Beberapa hal yang diusulkan untuk diubah terkait peningkatan partisipasi dan dividen bagi Pertamina dalam operasional blok itu.

MCL tetap jadi operator, tetapi peranan Pertamina ditingkatkan, kata Priyono.

Komisi VII juga meminta status MCL sebagai operator Blok Cepu dievaluasi karena tidak mampu mencapai target produksi. Blok Cepu baru memproduksi kurang dari 18.000 barrel/hari dari target 20.000 barrel/hari.

Hal ini karena keterlambatan penyelesaian fasilitas produksi awal Blok Cepu. Beberapa kendala di lapangan, antara lain pengadaan lahan untuk fasilitas produksi, krisis moneter di AS, ada peraturan baru impor barang, kurangnya koordinasi pengaliran minyak, dan mekanisme komunikasi koordinasi harian untuk memastikan sinkronisasi aliran minyak mentah, kata Priyono.

Selain itu, MCL juga mengeluhkan tunggakan pembayaran 500.000 barrel minyak oleh PT Pertamina sejak September lalu. Pertamina bersedia menerima minyak mentah 14.000 barrel per hari dan sedang ditingkatkan kemampuan aliran pipa untuk menambah kapasitas Banyu Urip. Saat ini baru dialirkan 12.000 barrel per hari.

Adapun kilang swasta nasional, Tri Wahana Utama, baru bisa menerima minyak mentah secara penuh 6.000 barrel per hari pertengahan Desember 2009. Sekarang koordinasi dengan pihak terkait dilakukan agar seluruh produksi minyak mentah dari Banyu Urip, Mudi, Sukowati, dan sekitar di Blok Cepu bisa maksimal, ujarnya. (EVY)

 

Ada banyak untuk mengerti tentang berita terbaru. Kami dapat memberi Anda beberapa fakta di atas, namun masih ada banyak lagi untuk menulis tentang di artikel berikutnya.



0 comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Backlink Lists|Free Backlinks backlink Free Automatic Link Free Backlink Lists|Free Backlinks